‘Sailor Moon Rusia’ Evgenia Medvedeva Dukung Tim dari Jauh di Olimpiade

img ]

Evgenia Medvedeva adalah atlet sarat prestasi dari Rusia. Ia pun didaulat jadi ‘duta’ buat tim Rusia di Olimpiade Tokyo 2020. Tapi sosok ‘Sailor Moon Rusia’ ini harus rela cuma bisa mendukung dari jauh.

Perempuan 21 tahun itu merupakan atlet seluncur indah dengan segudang prestasi. Sebut saja antara lain dua medali perak Olimpiade (musim dingin) 2018 di nomor beregu dan tunggal, juga dua kali juara dunia pada 2016 dan 2017.

Pada 2019 lalu, seperti dilansir Olympic.com, Evgenia Medvedeva pun ditunjuk jadi duta tim Rusia di Olimpiade Tokyo 2020, yang kemudian harus ditunda dan baru bisa digelar pada tahun ini.

Aksi Evgenia Medvedeva di Olimpiade Musim Dingin 2018. Foto: Getty Images/Jamie Squire Aksi Evgenia Medvedeva di Olimpiade Musim Dingin 2018. Foto: Getty Images/Jamie Squire

“Tugas utama Duta tim Olimpiade adalah mendukung dan bersama tim,” kata Presiden Komite Olimpiade Rusia (ROC) Stanislav Pozdnyakov pada saat itu.

Pada prosesnya, pandemi COVID-19 bukan cuma membuat Olimpiade Tokyo 2020 harus mundur ke tahun ini. Protokol kesehatan ketat juga membuat Evgenia Medvedeva jadi tidak bisa ikutan berangkat ke Jepang untuk menemani tim kontingen Rusia.

“Sampai baru-baru ini, aku masih sangat berharap situasinya akan membuatku bisa terus dekat dengan tim di Tokyo. Semua tahu betapa diriku sangat ingin mendukung teman-teman yang sedang berjuang dan betapa (besar arti) Jepang buatku, tapi restriksi yang diberlakukan membuat aku ikut pergi pun jadi tidak ada artinya,” ujar Evgenia Medvedeva seperti dilansir RT.com.

Evgenia Medvedeva meluncur di atas es Saitama 2017. Foto: Getty Images Evgenia Medvedeva meluncur di atas es Saitama 2017. Foto: Getty Images

Namun, hal itu turut ia tegaskan tak bakal menyurutkan semangat untuk memberikan semangat buat para kompatriotnya. Walaupun Evgenia Medvedeva tak bisa langsung berada di Jepang, negara yang diakuinya punya makna istimewa, ia tetap akan memberikan dukungan dan suntikan semangat dari Rusia.

Buat Evgenia Medvedeva, kegagalan berangkat ke Olimpiade Tokyo 2020 bukan cuma bikin dirinya tak bisa memberikan semangat secara langsung buat para rekan-rekannya yang sedang tampil. Ia juga jadi tak bisa menyambangi lagi negeri Jepang yang ia gemari.

Evgenia Medvedeva diketahui sangat menggemari anime dan manga Jepang. Kesukaan itu pun berimbas pada kemampuannya berbahasa; ia juga mampu mengucapkan kosa kata dasar dari bahasa Jepang.

Kesukaan itu pernah pula ia padukan dengan kemampuannya berseluncur. Evgenia Medvedeva pernah beraksi jadi karakter Sailor Moon di atas es!

[Gambas:Youtube]

Pada tahun 2020 lalu, Evgenia Medvedeva sempat dijadwalkan mentas di Tokyo dalam acara Sailor Moon Prism on Ice, yang membuatnya akan kembali beraksi di atas es sebagai Usagi Tsukino sekaligus persona superhero-nya, Sailor Moon. Tapi acara itu belum bisa terlaksana lantaran pandemi dan sejauh ini dimundurkan sampai Juni 2022.

[Gambas:Instagram]

Juara Renang Olimpiade Tokyo 2020 Adam Peaty Jadi Duta Mobil Listrik

img ]

RR Ukirsari Manggalani Senin, 26 Juli 2021 | 13:48 WIB

Peraih medali emas Adam Peaty dari Britania Raya mengibarkan bendera Union Jack setelah menerima medali kemnangan final renang gaya dada 100m putra Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo Aquatics Center di Tokyo (26/7/2021) [AFP/Attila Kusbenedek].

Adam Peaty adalah pemegang gelar juara renang Olimpiade dua kali, di Tokyo tahun ini, dan Rio 2016.

SuaraBali.id - Perenang wakil Britania Raya, Adam Peaty MBE (gelar yang diberikan Kerajaan Inggris atas prestasinya di bidang olah raga) berhasil mempertahankan gelar juara renang gaya dada 100m putra di Olimpiade Tokyo 2020. sebelumnya, ia telah mengantongi prestasi ini di Olimpiade Rio 2016.

Dikutip dari kanal otomotif Suara.com, jaringan SuaraBali.id, lelaki berpostur 1,91 cm kelahiran Uttoxeter, Britania Raya, 28 Desember 1994 ini adalah pemegang rekor dunia untuk nomor 50m dan 100m gaya dada, World Champion delapan kali, European enam belas kali, dan Commonwealth Champion tiga kali.

Yang unik, sebagai “manusia air” Adam Peaty juga membuktikan bahwa ia bisa ngebut di darat. Seperti diunggah di IGTV atas nama akunnya yang terverifikasi, tampak dirinya tengah menggeber Cupra Formentor.

Gaya Adam Peaty sebelum melesat bersama Cupra Formentor [Instagram: adam_peaty].

“Bukan untuk menaklukkan siapa-siapa, namun diri sendiri,” ungkapkan di balik race-suit dan helm balap, sebagaimana dikutip Suara.com.

Baca Juga: Obituari: Descanse En Paz Hugo Millan, Rider Spanyol yang Wafat di Usia Belia

Rupanya, selain suka main mobil, Adam Peaty juga menjadi brand ambassador Cupra–bagian dari produsen otomotif Spanyol, SEAT.

Sedangkan Cupra Formentor yang diajaknya ngebut adalah SUV crossover kompak, dengan prototipe dipamerkan di Geneva Motor Show 2019.

Mobil ini memiliki dua pilihan mesin, yaitu versi plug-in hybrid 1.4L yang menghasilkan tenaga 242 dk, dengan full-electric mode mencapai sekitar 50 k. Satu lagi adalah turbo 2.0L dengan power 306 dk.

Nagita Slavina Jadi Duta PON 2021 Adalah Bentuk Perampasan Budaya Papua

img ]

Nagita Slavina, selebritis kulit putih dari suku Jawa yang mayoritas dipajang dengan busana asli Papua untuk jadi Duta PON 2021. Budaya Papua sudah dirampas.

Suara.com - Antropolog UI, Aryo Danusiri menilai bahwa memajang Nagita Slavina- selebriti kulit putih dari suku Jawa yang mayoritas - dengan busana adat Papua dalam promosi PON 2021 adalah bentuk perampasan terhadap budaya Papua.

Kampanye pemerintah baru-baru ini untuk mempromosikan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX yang akan diselenggarakan di Papua pada Oktober nanti dengan menampilkan selebriti Nagita Slavina, istri aktor Raffi Ahmad, memakai kostum adat Papua menuai kontroversi.

Beberapa pihak mengkritik penunjukan Nagita. Misalnya, mereka menuduh pemerintah merampas budaya (cultural appropriation) karena memilih selebriti Instagram Jawa berkulit putih sebagai duta acara tersebut dengan mengenakan topi bulu Kasuari dan pakaian adat Papua.

Kampanye bermasalah ini menunjukkan bahwa negara, dengan lebih dari 1.300 kelompok etnis, masih berjuang dalam memastikan politik keterwakilan yang setara dari keberagaman masyarakatnya.

Baca Juga: Mahasiswa Papua Geruduk Kantor KONI, Protes Nagita Slavina jadi Ikon PON XX

Salah satu protes paling vokal datang dari Arie Kriting, komedian Sulawesi Tenggara.

View this post on Instagram A post shared by Arie Kriting (@arie_kriting)

Serangan balik terhadap protes Arie Kriting tidak dapat terhindarkan, yang menuduh bahwa dia hanya mencari sensasi saja.

Banyak rekan-rekan selebriti Arie justru membela dan membenarkan protest tersebut.

Saya mengkaji dan meneliti media, teknologi, dan politik. Saya bisa memahami kegelisahan dari Arie.

Baca Juga: Panitia PON Papua Bela Diri Soal Penunjukan Nagita Slavina Sebagai Ikon

Melalui strategi publisitas semacam itu, pemerintah mempromosikan apa yang disebut antropolog sebagai keragaman dangkal (banal diversity). Hal itu terjadi ketika penguasa memanipulasi kelompok etnis yang terpinggirkan untuk menyampaikan pesannya dengan merampas budaya mereka dengan anggota mayoritas.

Rasisme terhadap Papua di Indonesia

Orang bisa saja memahami bahwa kritik yang dilancarkan oleh Arie Kriting terlalu keras. Namun, Papua telah lama menjadi sasaran diskriminasi ekonomi dan budaya.

Diskriminasi ini berasal dari sejarah rumit atas konflik antara Jakarta dan orang lokal. Indonesia selalu memiliki tingkat rasisme terhadap kelompok etnis minoritasnya. Dalam kasus Papua, suku mayoritas selalu meremehkan orang Papua berdasarkan warna kulit atau akar etnis mereka.

Selama beberapa dekade, pemerintah telah menyalahgunakan Papua karena sumber daya alamnya yang kaya. Orang Papua menderita secara ekonomi dari eksploitasi berkepanjangan.

Sejumlah gerakan menuntut kemerdekaan Papua dari Indonesia telah diluncurkan, termasuk Gerakan Papua Merdeka yang terkenal.

Untuk menjinakkan narasi separatis dari kelompok pemberontak, pemerintah sering mengaitkan orang Papua dengan citra negatif; baik sebagai teroris atau sebagai orang primitif.

Rasisme semacam ini adalah kenyataan sehari-hari bagi orang Papua, di media, dan dalam kehidupan nyata. Mereka sering menghadapi cercaan rasis seperti “monyet”.

Kerusuhan tahun 2019 di seluruh Papua dipicu oleh bahasa rasis semacam ini.

Pendekatan terbaru pemerintah dalam mendandani Nagita dalam kampanye acara olahraganya adalah strategi lain untuk melemahkan nilai dan narasi Papua.

Perspektif Papua

Jika pemerintah ingin memenangkan hati orang Papua, maka mereka harus fokus pada perspektif orang Papua.

Nagita berbusana nuansa Papua tidak menunjukkan bahwa pemerintah menghargai orang Papua, itu hanya merampas budaya mereka. Kampanye tersebut adalah serangan terhadap Papua karena mereproduksi hierarki dominan subjek yang-berkulit-terang sebagai yang berdaulat atas subjek yang-berkulit-gelap sebagai perhiasan.

Keputusan pemerintah untuk menggunakan tokoh masyarakat berkulit terang dan berambut lurus membuat nilai-nilai lokal yang gelap dan keriting tidak terlihat.

Seharusnya pemerintah harus menggunakan tokoh masyarakat Papua, seperti penyanyi Nowela Elizabeth Auparay, atlet angkat besi Lisa Rumbewas atau selebriti Putri Nere.

Artikel ini sebelumnya tayang di The Conversation.